Mengenal Alat Musik Tradisional Ceng Ceng Bali
Di setiap daerah Indonesia, ada begitu
banyak alat musik tradisional. Alat-alat musik tersebut dibuat
berdasarkan atas kearifan dan kebijakasanaan yang dimiliki oleh leluhur
masyarakat Nusantara. Sudah sepantasnya apabila alat-alat musik tersebut
dipergunakan terus menerus dengan sebaik-baiknya sebagai upaya
pelestarian.
Di Bali, ada sebuah alat musik bernama
Ceng Ceng. Alat musik tersebut merupakan bagian terpenting dari
seperangkat gamelan Bali. Di antara alat gamelan lain, Ceng Ceng
memegang peranan penting. Alat ini juga sering disebut Ceng-Ceng Ricik.
Alat musik ini terbuat dari kayu nangka
dan tembaga. Alat ini terdiri atas enam buah logam bundar di bagian
bawahnya dan ada dua buah logam bundar di bagian atasnya. Di bagian atas
perunggu Ceng Ceng terdapat tali untuk memegang Ceng Ceng. Tali
tersebut berwarna merah yang dibuat sedemikian rupa. Tali ini disebut
Bungan Ceng Ceng. Nah, dengan demikian, alat ini nampak seperti simbal.
Alat ini dimainkan dengan cara tembaga
bagian atasnya dipukulkan ke bagian tembaga bundar bagian bawah. Dengan
demikian akan menimbulkan suara “ceng ceng.” Pemain akan memegang kedua
bagian atas dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Ketika kedua
logam itu saling beradu, akan terdengar suaranya yang nyaring, keras,
dan khas suara simbal Bali.
Ceng ceng Bali dibuat berbentuk
kura-kura. Pengukirannya terinspirasi dari tokoh legenda Bali yakni
kura-kura mistis. Di Bali, terkenal dengan sebuah legenda tentang
kura-kura mistis yang memiliki nilai magis yaitu menyeimbangkan dunia di
atas punggungnya. Kura-kura tersebut merupakan simbol sumbu bumi
bersama naga menjadi dasar pura yang berkedudukan tinggi.
Di Bali, Ceng Ceng akan dipergunakan pada
barungan gamelan gong kebyar, gong gede, semar pegulingan, pelegongan,
barongan, dan lain-lain. Kalau Anda ingin mendengarkan nyaring
suaranya, datang saja ke salah satu pagelaran tersebut. Misalnya, Anda
datang ke Tari Barong Batubulan Bali. Untuk menikmati pertunjukan ini
Anda harus membayar tiket sebesar Rp 100.000,- per orang. Anda bisa
menyaksikannya di Desa Batu Bulan. Desa ini terletak 10 km dari kota
Denpasar. Anda bisa mencapainya dengan berkendara motor atau mobil
pribadi melewati Jalan Raya Batu Bulan. Pertunjukkan akan digelar setiap
hari, mulai Pukul 9.30 sampai Pukul 10.30 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar